Produk Sosial dan Solidaritas di CU

Nenek saya meninggal waktu saya masih kecil. Saking miskinnya si nenek, ia dikuburkan tanpa peti mati, hanya dibalut dengan tikar. Saya dengar ayah saya bercerita. Lalu saya tanya kepadanya, “Mengapa nenek dikuburkan dengan cara yang tidak biasa?” Ayah saya langsung menjawab “karena terlalu miskin.”

Peristiwa seperti di atas bukan hal langka. Sering terjadi, bahkan sampai hari ini, menimpa orang-orang yang kurang beruntung. Saya pernah dengar seorang sahabat bercerita. Keluarga mereka dari kampung sedang kuliah di Pontianak. Lalu ia menderita penyakit kanker yang mematikan. Biaya berobat benar-benar tidak ada. Sudah diupayakan meminta sumbangan dari sahabat dan kenalan. Yang terkumpul pun tidak seberapa. Akhirnya, rekan-rekan mahasiswa seangkatannya minta bantuan orang-orang yang lewat di lampu merah. Sudah tidak ada upaya lain, katanya. Adakah yang menyumbang? Ada, tapi tidak seberapa yang didapat. Akhirnya bagaimana nasib si mahasiswa malang itu, tanya saya lagi. Meninggal.

Ada kasus nyata lain. Ketika seorang anggota keluarga sakit berat atau meninggal dunia, mereka harus menjual aset dengan harga murah. Umumnya kebun karet. Kasihan kadang-kadang mendengarnya. Kebun karet yang menjadi sumber penghasilan keluarga harus dijual murah hanya karena sakit atau meninggal dunia. Mengandalkan sumber penghasilan apa lagi kalau kebun karet sudah terjual. Sudah jatuh tertimpa tangga, bukan?

Bagaimana setelah ada CU? Apa tindakan antisipatif dan proaktif? Tujuan kehadiran CU adalah untuk menyelesaikan masalah, terutama masalah keuangan. Ingat kembali nilai-nilai koperasi. Salah satu adalah setia kawan atau solidaritas. Untuk apa nilai itu ada? Dan bagaimana implementasinya di CU/Koperasi?

CU adalah kumpulan orang, bukan kumpulan uang. Aset CU adalah anggota, bukan uang. Dengan nilai kesetiakawanan itulah maka muncul Produk Sosial dan Solidaritas di CU. Filosofinya adalah anda sulit saya bantu, saya sulit anda bantu. Sesama anggota CU/koperasi harus saling bantu terutama yang berkaitan dengan masalah kesehatan (sakit rawat jalan, sakit rawat inap, dan meninggal dunia). Selama kita hidup, ketiga hal di atas adalah sesuatu yang sulit dihindari.

Jadi, produk sosial dan solidaritas hanya sekedar membantu, bukan menuntaskan masalah. Menyelesaikan masalah harus tetap menjadi tanggungjawab masing-masing anggota CU. Bagaimana bentuk solider kepada sesama anggota yang mengalami masalah kesehatan? Beri sumbangan sukarela, semampunya. Mekanisme dan pengaturannya diserahkan kepada lembaga CU yang ditetapkan oleh rapat anggota. Jadi, produk sosial dan solidaritas bukanlah asuransi, tapi sumbangan sukarela di antara sesama anggota yang mengalami masalah kesehatan.***

3/5/2021

Munaldus

Founder & Penasehat Puskhat