Yah… saya baru pertama kali ke India. Sampai juga saya di kota New Delhi pada tanggal 24 Nopember 2024 pukul 21:00 (di Pontianak jam 22:30). 25-27 Nopember menghadiri ICA Global Cooperative Conference di Gedung Bharat Mandapam, New Delhi yang amat megah (New Delhi Convention Center) dan pada 28 Nopember ikut Program Tur ke kota Agra, 3 jam dari kota New Delhi melewati jalan tol. Di kota yang kumuh ini ada Taj Mahal dan Agra Fort. 29 Nopember balik ke Pontianak. Nanti saya akan sampaikan sekumpulan catatan saya selama mengikuti konferensi dua tahunan yang bergengsi itu. Mudah-mudahan menambah wawasan dan semangat berkoperasi para pembaca.
Di luar gedung konferensi, lalu lintas di kota New Delhi menarik. Jalan padat, sesekali macet. Para sopir di kota ini nampak tidak sabar. Gampang membunyikan klakson dan tergesa-gesa. Suara klakson bersahut-sahutan menjadi irama kota ini. Memang membunyikan klakson menjadi budaya di jalan raya di sana. Di belakang mobil box atau truck ada tulisan “Blow Horn” atau “Horn Please.” Gila… memang disarankan untuk mengklakson kalau berada di belakang mobil box, truk, bis atau mobil lain. Dan… bunyi klakson bersahut-sahutan. Lain dengan di kota Pontianak. Pengendara yang gampang membunyikan klakson dianggap tidak sopan, stres atau marah. Ketika seorang pengendara membunyikan klakson, pengendara lain bisa memplototi dan maki-maki. Mungkin warga Pontianak/Kalbar sudah dipengaruhi budaya berkendara di Serawak. Di sana jarang sekali kita mendengar bunyi klakson. Mengklakson di jalan raya berarti anda memarahi pengendara lain.
Tuan rumah ICA Global Cooperative Conference tahun 2024 adalah AMUL dan IFFCO, dua koperasi terbesar di India. AMUL adalah koperasi yang memberdayakan peternak kerbau di Provinsi Gujarat yang menghasilkan susu. IFFCO adalah koperasi pertanian yang memproduksi pupuk. Mereka menemukan satu jenis pupuk yang disebut nano fertilizer. Jika anda ingin tahu dengan dua koperasi besar ini, anda bisa cari di youtube.
Orang AMUL yang presentasi di konferensi ini mengatakan: Together we develop, Together we can make difference, dan gerakan koperasi tidak akan bebas dari perubahan-perubahan yang terjadi di luar. Koperasi yang benar tumbuh dari bawah, di pinggiran kota, tumbuh di komunitas yang merasa mengalami eksploitasi. Koperasi tumbuh dan membesar ibarat sebuah batu di lempar ke tengah kolam. Gelombangnya melingkar batu itu semakin lama semakin membesar. Trajectory koperasi yang benar seperti itu. Tidak ada yang langsung besar.
Di sesi lain saya mencatat presentasi para nara sumber yang mengatakan koperasi harus berevolusi mengikuti nilai-nilai dan prinsip-prinsip koperasi. Penting sekali memahami soal ekosistem koperasi. Ekosistem koperasi berkaitan dengan interconnection dan network.
Gerakan koperasi perlu mengantisipasi masa depan mereka, misalnya yang berkaitan dengan digitalisasi koperasi dan tetap fokus pada kesejahteraan anggota (member welfare). Ketika membangun koperasi sektor riil, koperasi sektor riil harus berbasis sektoral: pertanian, peternakan, perumahan, jasa, dll., sesuai kebutuhan anggota. Akhirnya mereka menyimpulkan bahwa Better Future through Coop Movement. Pada sesi panel, pembicara dari gerakan koperasi Belgia dan Italia mengatakan bahwa koperasi tumbuh seperti berada di dalam sebuah segitiga dengan tiga sudut: 1) Pendidikan, Pendidikan, Pendidikan (diucapkan sampai tiga kali), 2) Be proud (membanggakan) dan 3) Unite (Bersatu). Dua sudut terakhir dalam segitiga koperasi: Be Praud dan Unite, adalah dampak dari keberhasilan program pendidikan anggota. Menarik! Mereka juga mengatakan bahwa koperasi harus terlibat secara aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan. Isu climate change akan mempengaruhi pergerakan sebuah koperasi. Mereka juga menyusur isu kelompok rentan yaitu kaum perempuan dan anak muda, juga harus menjadi concern koperasi. Koperasi berhadapan dengan hambatan yang disebut dengan 4C yaitu Covid, Climate Change, Cost of Living dan Conflict. Bagi yang sudah lama berkecimpung di dunia koperasi pasti merasakan empat isu ini.
Nara sumber lain mengatakan bahwa untuk meningkatkan kinerja koperasi ada 3 pesan yang harus diingat. Pesan itu disingkat ICA: Innovation, Collaboration dan Advocacy. Pak Robby merespon ini dalam percakapan internal kami bahwa GKKI sudah sejak lama mengantisipasi ini dengan memasukan pilar ke-4 yaitu Inovasi. Ia juga menyarankan agar koperasi harus menjadi bagian dari ekonomi mainstream.
Pada seminar hari terakhir saya mencatat pesan penting dari para pembicara. Identitas koperasi (Coop Identity) harus dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Berikutnya saya menghadiri sesi panel dengan pembicara dari negeri Paman Sam. Kata mereka koperasi di USA menekankan pada Enggagement, Action dan Learning. Menurut temuan mereka banyak orang tidak memahami kekayaan dari identitas koperasi (Coop Identity). Bagaimana dengan kita di Indonesia? Itu menjadi refleksi saya. Dalam seminar ini satu pernyataan dari nara sumber yang melekat di benak saya sampai saat ini bahkan mungkin selamanya, katanya didiklah angota koperasi dengan pendekatan story telling (bercerita), sebab sebuah cerita itu akan menyentuh hati.
Sesi hari terakhir, setelah acara penutupan, peserta diajak nonton bareng film berjudul “Manthan”, bercerita sejarah kelahiran Koperasi AMUL di Provinsi Gujarat yang legendaris. Berikut saya sampaikan ringkasan cerita film ini.
Ringkasan Film Manthan (1976)
Film Manthan adalah sebuah karya sinematik yang menggambarkan perjuangan petani kecil di India dalam membangun sebuah koperasi susu, berdasarkan kisah nyata dari pendirian Amul Dairy, yang kini menjadi salah satu koperasi susu terbesar di dunia.
Plot Singkat:
Film ini berlatar di sebuah desa kecil di Gujarat, India. Dr. Rao (diperankan oleh Girish Karnad), seorang dokter hewan yang idealis, dikirim ke desa tersebut oleh pemerintah untuk memimpin upaya membangun koperasi susu. Dia percaya bahwa koperasi bisa memberdayakan petani miskin yang selama ini dieksploitasi oleh para tengkulak dan pemilik pabrik susu lokal.
Namun, usahanya menghadapi banyak tantangan. Para petani awalnya skeptis terhadap ide koperasi, karena mereka sudah lama berada di bawah tekanan sistem yang tidak adil. Selain itu, pemilik kekuasaan lokal, seperti landlord (tuan tanah) dan tengkulak, menentang keras pembentukan koperasi karena merasa kepentingan mereka terancam.
Dengan bantuan Bindu (diperankan oleh Smita Patil), seorang pekerja sosial, dan beberapa petani progresif, Dr. Rao perlahan mulai mendapatkan dukungan dari masyarakat desa. Perjuangan mereka menggambarkan bagaimana solidaritas dan semangat kebersamaan mampu mengatasi kesenjangan sosial dan ekonomi.
Pesan Utama:
Manthan menonjolkan pentingnya pemberdayaan masyarakat akar rumput melalui koperasi, semangat kolektivisme, dan perlawanan terhadap ketidakadilan ekonomi. Film ini juga menyoroti bagaimana pendidikan dan organisasi dapat mengubah kehidupan komunitas pedesaan yang terpinggirkan.
Relevansi dengan Amul:
Film ini dibiayai oleh jutaan peternak sapi perah anggota koperasi Amul. Manthan menjadi simbol perjuangan rakyat biasa yang berhasil mencapai kemandirian ekonomi melalui usaha bersama. Tagline film, “Saat kekuatan rakyat bersatu, perubahan terjadi,” mencerminkan semangat gerakan koperasi yang digagas oleh Verghese Kurien, pendiri Amul.
Akhir Cerita:
Meskipun menghadapi banyak hambatan, koperasi akhirnya berdiri dan mulai menunjukkan hasil. Para petani merasa berdaya karena mereka kini memiliki kontrol atas produksi dan distribusi susu, mengakhiri ketergantungan pada tengkulak. Film berakhir dengan harapan dan optimisme tentang masa depan yang lebih baik melalui kerja sama kolektif.
Film ini adalah kisah inspiratif tentang perjuangan melawan eksploitasi dan kebangkitan masyarakat desa menuju kemandirian, sesuai dengan semangat gerakan koperasi. Jika anda sangat ingin tahu sepak terjang AMUL carilah di google dan ChatGPT.
Pada hari ke-4, saya ikut tour ke kota Agra. Yang menarik dalam perjalanan ini, tour guide yang memperkenalkan diri dengan nama mainus (dia bilang kalau dalam bahasa Inggris dibaca My Nouse atau hidung saya). Tour guide bercerita tentang sistem kasta di India. Ada 5 kasta, tetapi beliau banyak cerita tentang dua kasta teratas yaitu Kasta Brahmana dan Kasta Kesatria. Dua kasta ini sangat mementingkan soal pendidikan. Mereka memiliki sekolah dan perguruan tinggi sendiri. Sebab, katanya, dua kasta ini beranggapan bahwa orang yang tidak berpendidikan itu seperti binatang. Saya rada-rada setuju. Itu sebabnya saya mengutipnya. Selama ini saya juga berpandangan bahwa orang yang disegani orang lain adalah orang yang kaya dan/atau berpendidikan tinggi. ***
Pontianak, 05 Desember 2024
Munaldus