Mengenal AFLATOUN dan Ide GAGA

Tiga hal penting yang harus menjadi perhatian serius CU saat ini. Pertama, layanan keuangan berbasis digital. Hari ini kalau masih melayani anggota secara offline bisa-bisa ditinggalkan oleh anggota. Era ini semua bisa dibuat mudah dan cepat akibat teknologi yang berkembang pesat.

 Kedua, perhatian kepada misi sosial – mensejahterakan anggota. Selama ini terabaikan, karena perhatian lebih kepada misi ekonomi atau misi keuangan. Roda ekonomi dan roda sosial tidak seimbang. Misi sosial menuntut kita melakukan pemberdayaan ekonomi dan sosial anggota secara masif¾mengukur tingkat kemiskinan, melakukan pendampingan usaha anggota yang mendapatkan pinjaman dari CU,  bentuknya berupa SHG (self-help Group) dan SHI (Self-Help Individual). Fokus pada membangun ekonomi lokal (domestik), pemberdayaan dari hulu (petani), tengah (pengumpul), dan hilir (pemasaran).

Ketiga adalah menarik anggota dari kaum muda atau kaum milenial, dengan mneyediakan produk dan layanan keuangan yang disenangi kaum milenial. Peran kaum muda dalam gerakan CU sangat strategis karena merekalah yang akan mengganti para anggota yang semakin menua. Tanpa pengganti, CU akan mati bersama anggota yang sudah uzur. Kaum milenial lengket dengan 3i (wifi, selfie, dan coffee-nongkrong).

Jadi, bagaimana memobilisasi anggota dari kaum muda atau kaum milenial? Belajar dari apa yang telah dilakukan oleh Gerakan CU di Pilipina di bawah bendera Aflatoun yang sekarang sudah diadopsi secara internasional, Puskhat dan 7 CU primer anggotanya mencoba menggelar pelatihan yang awalnya diberina nama PAKAM (Pendidikan Anggota Kaum Milenial). Puskhat sudah meluncurkan Program PAKAM ini yang diberinama GAGA (artinya senang, cerita, happy dalam bahasa Iban).

Sekarang mari kita mengenal apa itu Aflatoun?

Tentang Aflatoun*)

Pada 1991 – Aflatoun didirikan di Mumbai, India, oleh Jeroo Billimoria yang melakukan riset pada Tata School of Studies — ide untuk mengajak anak-anak kaya dan miskin bersama-sama belajar tentang kehidupan diri mereka. Ia menyadari bahwa anak-anak harus “diberdayakan” ketika mempelajari hak-hak diri mereka. 

Ini adalah hari lahirnya Meljol, sebuah LSM yang mengimplementasikan ujicoba Aflatoun, bersama dengan Tim Jeroo, Kamal Damania dan Sumitra Ashtikar.

Berakar pada keyakinan bahwa anak-anak memiliki hak dan anak-anak harus berpartisipasi dalam penciptaan lingkungan yang bersahabat dengan anak.

Pada 1993 – proyek diperluas sampai ke pedesaan dan anak-anak diajar bagaimana memerangi persepsi atau prasangka negatif dan diskriminasi melalui “hak-hak anak.” Saat itu Mumbai sedang mengalami kerusuhan antar etnis

Pada 2001 – Meljol memasukkan ide kelompok menabung yang manarik anak-anak berwirausaha. Ketika anak-anak diperbolehkan untuk menangani berbagai isu tentang diri mereka, mereka belajar bagaimana berfungsi sebagai warga yang bertanggungjawab. Meljol menyadari bahwa apa yang mereka lakukan adalah sebuah “bangunan kewarganegaraan” bagi anak-anak.

Pada Nopember 2005 – Child Saving Internasional didirikan di Amsterdam oleh 10 negara yang berpartisipasi – Pilipina melalui NATCCO sebagai anggota pendiri.

Pada 2008 – Program Aflatoun dikembangkan, dan kompanye pendidikan sosial dan keuangan diloncing pada Maret oleh Ratu Maxima dari Belanda. Goal untuk mencapai satu juta di 75 negara dalam 3 tahun dan target itu tercapai. Lihat skema dan kegiatan Aflatoun.