BERPIKIR KAYA

Beberapa aktivis CU ngobrol di ruang makan. Piring mereka sudah kosong, makanan sudah habis dilahap. Apa mereka sudah sedemikian keroncongan? Tidak.  Sebagai penghargaan kepada para petani yang sudah bersusah payah bercocok tanam dan kaum ibu yang sudah bersusah payah menyiapkannya, tak satu butirpun nasi boleh tersisa. Menyia-nyiakan makanan di pering termasuk orang yang tidak bertanggungjawab.

Dan obrolanpun dimulai.

Pak Stev, wali kelas 12, masuk kelas terakhir. Hanya untuk say helo. Besok anak-anak sudah meninggalkan sekolah. Tamat. Jon dan Sari duduk sebangku, paling depan. Semua murid kelas 12 hadir untuk terakhir kali. Ini undangan sang wali kelas.

Pak Stev merenung sejenak “apa yang mau disampaikan?”

Stev  : (Ia mendekati meja Sari dan Jon). Sari, apa cita-cita mu kelak setelah tamat sekolah atau kuliah?

Sari         : (Ia menatap langit-langit, berpikir. Setelah enam detik, Sari menjawab). Saya mau menjadi  orang kaya pak. Sebelum usia 30 tahun saya sudah memiliki uang di tabungan saya di  CU paling tidak satu miliar rupiah (maklum setelah satu hari Sari lahir orang tuanya sudah memasukkan Sari menjadi anggota CU). Saya sudah punya mobil honda Jazz warna merah.   Sudah punya rumah sendiri. Saya sudah punya usaha di bidang perkebunan kopi dan kakao masing-masing seribu pohon. Di tanah itu saya akan memiliki rumah sendiri. Ada kolam ikan. Sekaligus saya jadikan sebagai agrowisata. Tiket masuk dua puluh lima ribu per orang. Saya akan mengolah buah kopi dan kakao di tempat itu dan para pengunjung bisa menikmati minuman kakao dan kopi racikan saya. Mereka bisa berselfie ria sesuka hati. Pokoknya pada usia 30 tahun saya sudah jadi milyarder.