KUR vs. Kredit Berbasis Komoditi

Aku sudah bukan pengurus CU lagi. Tapi segala sesuatu yang dapat mengancam eksistensi CU membuat aku galau. Aku menyaksikan banyak CU mati dan betapa jiwaku teriris memikirkan para anggota jadi korban. Mereka mengumpulkan uang recehan dengan bermandi keringat. Sebagian dari recehan itu mereka tabungkan ke CU berharap kondisi ekonomi keluarga semakin hari semakin baik. Apakah para pengurus, pengawas, dan manajemen CU seperti ku. Aku tidak memaksa.

Seorang sahabat mengirim pesan ke telegramku. Saya sudah dipindahkan ke CU primer pak, bukan staf di Puskopdit lagi. Ada apa kataku. Tiga CU primer kolaps dan Puskopdit harus melakukan penghematan. Aku termenung dan jangan-jangan tahun-tahun yang akan datang ada lagi peristiwa seperti ini terjadi. Kamu masih beruntung, tidak di PHK. Apakah bertahun-tahun yang lalu Pengurus Puskopdit ini telah melihat gejala kalau Pus dan CU primer akan menghadapi bencana? Jika ya, apa yang pernah mereka lakukan agar terhindar? Penting sekali pengurus Puskopdit melakukan penginderaan jauh, ibarat berkendaraan pada malam hari, lampu panjang berguna untuk melihat kalau-kalau ada penghalang.

Kini KUR sudah menjadi ancaman nyata eksistensi CU. Penyaluran kredit di CU terasa berat. CU umumnya mendapatkan dana mahal dari anggota. Tentu saja harus jual mahal juga. Nilai solidaritas dan swadaya sedang diuji. Melawan KUR tentu mustahil. Selain itu program pemerintah, para anggota seperti mendapatkan pilihan bunga murah. Bola di tangan para anggota. Tanpa upaya ekstra CU bisa ibarat lampu pelita yang kehabisan minyak. Tapi mereka yang berada di zona nyaman, cara menanggapi isu ini mungkin berbeda. Sementara kita berjibaku menghindar dari bencana KUR datang lagi ancaman lain yaitu Holding Ultra Mikro. Hal apa lagi ini? Udah jatuh bisa ditimpa tangga. Solusinya apa dong? Itulah diksi-diksi yang keluar masuk kepalaku. Sepertinya penggunaan KUR diserahkan kepada peminjam. Banyak sekali yang digunakan untuk hal-hal yang konsumtif. Kredit di CU sebaliknya diarahkan untuk membangun kekayaan atau membangun aset, seperti yang diajarkan di kelas-kelas pendidikan financial literacy.

Oleh sebab itu, saat inilah pengurus, pengawas, khususnya manajemen dan staf turun gunung, turun lapangan. 50-80% waktu anda hari ini harus bersama anggota. Berikan kredit berbasis komoditi  kakao, kopi, lada, jagung, vanili, durian, langsat, alpokat, bawang, dll., Dampingi mereka agar menjadi petani yang sukses, petani yang berbasis agro forestry. Contohnya, di CUKK ada produk Si Tani. Cobalah kucurkan kredit Si Tani secara terencana dan masif untuk budidaya kakao, kopi, jagung, lada, vanili, dan lain-lain itu tadi. Buatlah lahan super produktif dengan konsep agro forestry atau ekonomi berbasis lingkungan. Lahan 1 ha minimal ditanam 5 jenis komoditi. Komoditi itu ketika sudah berproduksi akan saling menopang. Harga karet jatuh biarlah, tidak apa, masih ada komoditi penopang lain. Demikian juga kalau harga sawit jatuh, tidak apa-apa masih ada komoditi penopang. Hari ini harga cabek mencapai Rp 130rb, andaikan petani tidak terlalu gandrung dengan tanaman monokultur (karet atau sawit), segalanya bisa menjadi lain.***

Munaldus
16/3/2021