Keberhasilan CU memberdayakan anggota ibarat sekolah. Sekolah yang menjadi pilihan orang tua karena kriteria output. Anak-anak semua naik kelas dan kelulusan selalu 100%. Begitulah di CU. CU pilihan masyarakat adalah CU yang mampu membuat para anggota naik kelas secara ekonomi.
Ada berapa kelas secara ekonomi dalam masyarakat? Ada 6, dari yang paling bawah ke atas: (1) kelas miskin papa (destitute), (2) kelas sangat miskin (extreme poor), (3) miskin moderat (moderate poor), (4) tidak miskin tapi masih rentan (vulnerable non-poor), (5) Tidak miskin (non-poor), dan kaya (wealth)—lihat peragaan di bawah.
Ada berapa kelas secara ekonomi dalam masyarakat? Ada 6, dari yang paling bawah ke atas: (1) kelas miskin papa (destitute), (2) kelas sangat miskin (extreme poor), (3) miskin moderat (moderate poor), (4) tidak miskin tapi masih rentan (vulnerable non-poor), (5) Tidak miskin (non-poor), dan kaya (wealth)—lihat peragaan di bawah.
Diambil dari: Microfinance Center, 2007
Apa ciri-ciri seorang anggota telah naik kelas? Menurut Robert T. Kyosaki, penulis buku Rich’s Dad, Poor’s Dad, diukur setiap lima tahun. Itu bedanya dengan sekolah yang kenaikan kelasnya setiap satu tahun. Setiap lima tahun aset bersih atau kekayaan bersih terus bertambah. Yang paling bagus kenaikannya secara eksponensial (menanjak tajam) bukan linier (datar). Itu tandanya seorang anggota punya perencanaan keuangan dan pengaturan keuangan yang bagus. Rumus kekayaan bersih adalah total aset dikurangi total hutang. Jadi, ukuran seorang anggota naik kelas secara ekonomi adalah kenaikan aset bersih dari tahun ke tahun.
Lantas apa upaya yang menjadi konsentrasi CU dalam memberdayakan anggota agar naik kelas secara ekonomi? Meniru apa yang dilakukan di Pilipina dalam Pilot Project mereka yang bernama Directed Agricultural Production Credit yang telah dituangkan dalam bentuk Manual pada 1974, ditulis oleh Percy Avram.
Melalui CU proyek ini dijalankan dan berhasil. CU menyalurkan kredit pertanian yang diarahkan pada komoditi tertentu atau unggulan. Para anggota yang terlibat dalam proyek ini didampingi oleh pihak CU dengan sungguh-sungguh sampai usaha anggota berhasil. Disini, para staf CU yang menjadi pendamping harus ahli di bidangnya.
Bagaimana dengan kita? Puskhat sejak mengimplementasikan spin-off meng-ATM (amati, tiru, modifikasi) proyek tersebut. Sekarang kredit usaha jagung pipil dan ternak ayam petelor sedang dikejar. Supaya petani yang beternak ayam petelor tidak kekurangan pakan, maka pakan ayam pun dikerjakan. Saya yakin sedikit demi sedikit akan menunjukkan hasil, karena pasar jagung pipil dan telur bagus.
Kelak usaha budidaya jagung pipil dan ayam petelur akan masif dan disukai para anggota CU yang 70-80% adalah petani. Pada saat itu, tanaman jagung pipil akan menjadi komoditi unggulan seperti tanaman karet dan sawit. Pengertian komoditi unggulan adalah disuruh atau tidak, masyarakat akan mengerjakannya.
Agar ekonomi anggota tidak gampang mengalami turbulensi maka setiap anggota harus menekuni setidaknya 4 komoditi seperti: berladang, tanam karet, tanam sawit, tanam jagung, dan ternak ayam petelur. Jika satu usaha jatuh, maka usaha lain dapat menopang. Dalam perjalanan pemberdayaan, pihak CU mengamati komoditi mana yang memiliki prospek untuk dikembangkan, semisal kakao, kopi, pisang, kelapa, dsb, yang penting pasarnya bagus. Akhirnya mimpi anggota menjadi kaya (wealth) akan menjadi kenyataan. Ingat pepatah, rajin pangkal pandai, hemat pangkal kaya.***
Munaldus
Founder Puskhat