CU Yang Kental Dengan Aktivitas Pemberdayaan Anggota Akan Menjadi Pilihan Masyarakat

Kemarin, bertepatan dengan Naik Dango (upacara syukuran atas panen padi bagi masyarakat Dayak), 2 Mei 2022, saya berkunjung ke 4 kampung wilayah pelayanan CU Panamuan Katalino, yaitu Padang, Sake, Pate, dan Batas. Anda tahu dimana kampung-kampung ini? Di antara Serukam dan Samalantan ada Desa Sibale.  Kalau dari arah Serukam, pas di Sibale, belok kiri. Kampung Batas, kampung paling akhir di Kabupaten Bengkayang, berjarak 10 km.

Dulu, CU Panamuan Katalino berkantor Pusat di Pate. Pendiri CU ini adalah masyarakat di 4 kampung ini.

Sekitar tahun 2002, saya bersama tim dari Pancur Kasih melakukan pemulihan CU Panamuan Katalino ini. Waktu itu CU ini sudah payah dan siap-siap mati. Nama CU ini lalu berganti menjadi CU Raya Ramoh dan kantornya pindah dari Ds. Pate ke Sibale. Memang sudah nasib, CU Raya Ramoh tidak juga terselamatkan. Akhirnya bergabung dengan CU Pancur Kasih.

Waktu itu akses masuk ke 4 kampung ini jalannya masih kubangan dan belum ada aliran listrik PLN.  Kiri kanan masih semak-semak dengan kebun karet alam. Mobil Daihatsu Ferosa yang saya bawa harus berjalan kepayahan dan masuk di dalam semak-semak. Kemarin saya lihat jalan sudah diaspal kualitas rendah. Batu-batu dengan aspal sudah rusak di sana sini. Jadi, butuh waktu sekitar 40 menit dari batas sampai Sibale.

Sekarang? Kiri kanan jalan umumnya kebun jagung pipil. Ketika saya tanya paman, dari isteri saya, pak Oling, dia bilang komoditi jangung datang di wilayah ini baru 5 tahun. Jadi, masih relatif baru.

Tapi masyarakat bergairah sekali berkebun jagung pipil. Bahkan kebun-kebun karet mereka ladangi lalu ditanami jagung.

Beberapa orang saya tanya “mengapa jagung bisa berkembang di sini?” Mereka jawab harganya menarik dengan kisaran Rp 6rb/kg. 100 hari panen. Dari 100 hari usia jagung sampai panen, perawatan hanya 40 hari pertama lalu tunggu sampai panen. Mereka tanam jagung bertingkat-tingkat. Lahan yang satu panen bulan ini misalnya, lalu bulan

depan panen di lahan yang lain. “Bapak bayangkan,” kata mereka. “Satu lahan bisa panen 4 ton, ketika harga Rp 6rb, seperti saat ini, maka si petani dapat uang Rp 24 juta sekali panen. Pengumpul datang ambil ke kebun. Dengan uang itu, para petani menyekolahkan/mengkuliahkan anak-anak mereka.” Anak-anak muda rata-rata sekolah/kuliah. Beberapa saya temukan mereka kuliah di Untan (Universitas Tanjung Pura) atau Universitas Widya Dharma (WD).

Terus saya tanya pihak mana yang memberikan pendampingan? Beberapa nama CU disebutkan. Pikir saya, jika CU memperkuat pemberdayaan anggota, seperti budidaya jagung pipil ini, masyarakat akan pasti memilih CU tsb. Pendampingan budidaya jagung diberikan, yang tidak memiliki uang untuk budidaya jagung, pinjaman disediakan oleh CU. Kalau program pemberdayaan anggota dilakukan secara masif, saya rasa rasio pinjaman beredar tidak akan serendah saat ini.  Ayo lah…

Munaldus

Founder Puskhat