Pasar pinjaman CU hari ini diporakporandakan oleh KUR yang dijalankan bank sebagai pihak penyalur KUR. Faktanya, pinjaman beredar, mungkin pada sebagian besar CU, menukik ke rasio 70% bahkan di bawah itu (rasio ideal 70-80% dari total aset). Kredit cair tiap bulan tak mampu mengimbangi angsuran masuk yang jauh di atas itu. Terus apa sebab? Datanya valid, anggota berpaling ke pinjam KUR karena bunga rendah, angsuran kecil, syarat mudah, lalu mengembalikan pinjaman di CU lebih cepat dari yang diperjanjikan.
Jika dilihat di skema kredit KUR yang dikeluarkan sejumlah bank (saya ambil tabel skema di google), ada bunga KUR yang 4,95% p.a. Contoh, skema KUR di sebuah bank, pokok pinjaman Rp 5 juta, jangka waktu angsuran 12 bulan dengan angsuran Rp 437.300,- per bulan. Itu artinya bunga 4,95% p.a. Bahkan yang pokok pinjaman Rp 10 juta, jangka waktu 36 bulan, angsuran Rp 318.000,- per bulan, itu artinya bunga KUR 4,83%.
Sistem pinjaman di CU umumnya dihitung dengan bunga menurun. Bandingkan, bunga pinjaman 13% p.a = 2% menurun per bulan. Berarti kalau 4.95% p.a = 0,76% menurun per bulan atau bunga KUR 4,83% p.a = 0,74% menurun per bulan. Adakah produk pinjaman di CU yang setara dengan itu? Tidak ada. CU tidak mampu melakukannya. Pantaslah hari ini persaingan bunga pinjaman di pasar, CU kalah telak.
Saya membahas hal ini dengan para Teller atau staf admin kredit hari ini. Mereka sedang mengikuti pelatihan Teller Development Program (TDP) yang saya fasilitasi. Pinjaman para anggota yang sudah susah payah diproses, dianalisis, diputuskan, dan kemudian cair, dengan gampang dikembalikan alias dilunasi para peminjam di CU dalam beberapa bulan setelah pinjaman mereka cair. Tanpa finalti. Mereka pinjam di KUR dan melunasi pinjaman di CU. Itulah faktanya.
Pak Ladong (bukan nama sebenarnya) meminjam di CU suatu hari. Besar pinjaman cair Rp 20 juta dengan jangka waktu pengembalian 43 bulan. Bunga 1,8% menurun (alias 11,70% p.a). Ketika pinjaman pak Ladong cair, beliau menandatangani kesanggupan mengangsur Rp 977.000,- per bulan. Dalam Jadwal angsuran disepakati apabila pinjaman ini lunas, pihak Teller yang mewakili CU akan mendapatkan bunga pinjaman sebesar Rp 14.008.600,-. Alangkah senangnya si Teller, LO, dan Branch Manager mendapatkan hasil kerja mereka. Tugas menyalurkan kredit ini bukanlah tugas mudah, berpeluh-peluh, melakukan analisis kredit ke lapangan yang kebanyakan jalan tikus dan jalan kuning, kendaraan putus rantai, masuk kubangan, atau banjir. Teller yang menerima konsultasi kredit sering ditekan, dipaksa, dibentak pemohon pinjaman agar pinjaman cepat cair, dan berbagai perlakuan tidak menyenangkan perasaan. Mereka adalah anak-anak anggota, keluarga para anggota yang merupakan pemilik CU. Mereka mengabdi kepada akar rumput nun jauh di pedalaman bahkan mungkin tanpa listrik PLN, tanpa sinyal hp, dan jalan kubangan.
Dua bulan kemudian, Pak Ladong menghadap Teller dengan satu bal lembaran Rp 50rb di dalam kantong kresek hitam. “Saya mau melunasi pinjaman saya yang kemarin,” kata Ladong kepada si Teller yang dulu susah payah memproses permohonan pinjamannya. “Kenapa pak?” kata si Teller, “Kan perjanjian kita seperti yang sudah ditandatangani di atas materai, pinjaman bapak akan dilunasi dalam waktu 43 bulan.” “Tidak” kata pak Ladong. Dengan lugu pak Ladong melanjutkan: “Saya akan lunasi, saya mendapat pinjaman dengan bunga murah dan angsuran kecil. Pinjaman di CU saya lunaskan.” Si Teller menatap pak Ladong dengan kecewa. “Apes”, benaknya meraung. “Empat belas juta lebih yang sudah menjadi pendapatan yang masih harus diterima tiba-tiba seperti cek kosong. Sistem CU tidak seperti di bank, jika peminjam melunasi pinjaman lebih awal dari yang diperjanjikan, maka seluruh bunga yang sudah disepakati harus dibayar, baru pinjaman dapat dilunasi.
Penulis : Munaldus