Perintah buat Pengurus CU & GM/CEO: Sebanyak Mungkin Anggota Dapat Sejahtera

Ini perintah. “Sebanyak mungkin anggota dapat sejahtera” (baca beda CU dengan bank dalam Credit Union Promotion Tool, yang diterbitkan oleh ACCU). Tantangan berat bagi Pengurus dan GM/CEO, bukan? Tentu saja itu bukan pekerjaan yang mudah. Diharapkan semua anggota yang benar-benar ber-CU harus naik kelas secara ekonomi – sampai level tertinggi: kaya (wealth).

Lantas apa kriteria seorang anggota sudah sejahtera? To the point saja: Anggota yang sudah sejahtera berarti ybs sudah berada di atas garis kemiskinan.

Untuk mengetahui apakah seseorang masih berada di bawah garis kemiskinan atau sudah di atas garis kemiskinan ada alat ukurnya. Namanya PPI (Probability Poverty Index). Ada 10 pertanyaan yang harus diisi dalam tool itu seperti yang dikeluarkan oleh Bapennas. Mudahan anda sudah terbiasa dengan alat itu. Kalau pernah mengikuti pelatihan SPM (Social Performance Management), anda pasti pernah dilatih mengisinya.

Dalam beberapa literatur bisa kita temukan (misalnya Microfinance Center, 2007), ada 6 strata ekonomi masyarakat. Di bawah garis kemiskinan ada 3 strata dan di atas garis kemiskinan ada 3 strata juga.

3 strata di bawah garis kemiskinan, dari yang paling bawah adalah:

  1. Miskin papa (destitute)
  2. Sangat miskin (extra poor)
  3. Miskin moderat (moderate poor)

Sedangkan 3 strata di atas garis kemiskinan adalah:

  1. Tidak miskin tapi masih rentan (vulnerable non-poor)
  2. Tidak miskin (non-poor)
  3. Kaya (wealth)

Jadi strata ekonomi paling tinggi adalah kaya (wealth).

Apa ciri-ciri masing-masing strata di atas?

  • Strata miskin papa – benar-benar tidak punya apa-apa. Hidup tergantung murni pada orang lain lain dengan meminta-minta dan belas kasihan orang lain.
  • Strata Sangat Miskin – dapat hari ini tidak cukup untuk hidup hari ini.
  • Strata miskin moderat – dapat hari ini hanya cukup untuk hari ini

Mereka yang berada di bawah garis kemiskinan masih bergulat dengan pemenuhan kebutuhan dasar (sandang, pangang, papan).

  • Strata tidak miskin tapi masih rentan – sudah punya tabungan sebagai cadangan dan investasi, tapi masih terbatas;
  • Strata tidak miskin – punya tabungan dan investasi yang semakin besar;
  • Strata kaya (wealth) – apa yang dibutuhkan, mereka (bisa) dapatkan.

Beda utama antara mereka yang di bawah garis kemiskinan atau di atas garis kemiskinan adalah pada akses. Orang miskin minim akses pada sumber-sumber kehidupan. Sedangkan orang kaya punya banyak akses. Atau dengan kata lain akses adalah pilihan. Orang miskin minim pilihan sedangkan orang kaya punya banyak pilihan. Contoh ketika menyekolahkan anak. Orang miskin cari sekolahan gratis, kalau ada. Tapi orang kaya menyekolahkan anak-anaknya pada sekolah-sekolah favorit.

Ingin kaya? Bangun aset. Dua aset penting yang dibangun orang kaya adalah tabungan sebagai aset lancar (tidak mengharapkan imbal jasa) dan investasi (mengharapkan imbal jasa), seperti punya usaha,  investasi dalam real estate atau properti, dsb.

Jadi, kalau mau membuat anggota sejahtera maka ajari mereka membangun aset, bukan membangun hutang, apalagi hutang berlebihan. Hutang berlebihan membuat anggota celaka, karena akan gagaal bayar dan aset-aset yang sudah dibangun bisa disita oleh pemberi pinjaman.***

Munaldus

Founder Puskhat