Setiap kali saya mendapatkan kesempatan studi banding (exposure) ke koperasi di luar negeri, saya selalu membawa pertanyaan ini di dalam diri saya: “hal apa yang saya bawa pulang dan diterapkan di CU/koperasi saya?” Saya menanamkan dalam-dalam pertanyaan ini di benak, sampai alam semesta memberikan jawaban.
Pada 2017, saya ikut studi banding ke Konglomerasi Koperasi Sanasa di Sri Langka. Yang menginspirasi adalah kampus Sanasa University, 80 km dari kota Colombo, di tengah hutan bambu yang rimbun dan sejuk. Bagaimana merealisasikan pendirian kampus semacam itu? Itulah pertanyaan yang dibawa pulang dan menjadi topik diskusi intens para ordal di Gerakan CUKK.
Pepatah Cina mengatakan: “Jika ingin hidup selama-lamanya, maka bangunlah manusianya.” Itu sebabnya, organisasi yang ingin hidup selamanya, mereka akan membangun SDM terlebih dahulu. Jims Collins dan Porras dalam bukunya Good to Great menyatakan bahwa setiap memulai sebuah inisiatif maka ajukan pertanyaan seperti ini “First who, then what” (Mula-mula Siapa, kemudian Apa). Jadi, kualitas SDM ordal, yang memiliki kecerdasan watak (orang baik) dan kecerdasan otak (orang ahli), adalah segalanya.
Buah dari kunjungan ke Sanasa, Sri Lanka, pada tahun 2020 lahir Institut Teknologi Keling Kumang (ITKK) dengan tiga Prodi pada awal berdiri. Tahun 2024, ITKK masuk tahun ke empat dalam menerima mahasiswa baru. Diharapkan angkatan pertama tahun 2021 sebentar lagi akan diwisuda. Kantor Rektorat ITKK yang lumayan megah di Sekadau akan diresmikan tahun 2024. Kantor ini terbangun berkat salah satunya karena adanya partisipasi anggota melalui G20 (Gerakan Partisipasi Rp 20.000,-). Sebagai akademisi dan dosen di universitas terkemuka di Kalbar, saya terus mengawal inisiatif ini.
Lahirnya ITKK tidak lepas dari kebutuhan anggota (members’ need) yang diutarakan para anggota beberapa kali RAT sejak 2006 bahwa CUKK diminta terlibat aktif membangun kualitas SDM. Harapan para anggota kelak setiap keluarga anggota CUKK, minimal ada satu sarjana. Tagline-nya adalah “Satu Keluarga, Satu Sarjana”.
Gerakan CUKK tidak boleh berdiam diri atau apalagi hanya omong-omong saja tentang peningkatan kualitas SDM ini. Harus ada tindakan nyata. Mengapa? Kita prihatin dengan tingkat pendidikan rata-rata orang Indonesia yang hanya sampai kelas 1 SMP saja. Jangan-jangan di pedalaman Kalbar dimana GCUKK bekerja, tingkat pendidikan rata-rata para anggota lebih rendah dari itu. Saya tidak punya data. Sangat memperihatinkan bukan? Bandingkan dengan tingkat pendidikan Suku Bangsa Iban di seberang, Serawak. Pasti lebih tinggi. Lihat saja pembangunan yang ada di sana.
Awal Nopember 2023, saya diikutkan studi banding lagi. Kali ini ke i-Coop, sebuah konglomerasi koperasi konsumsi terbesar di Korea Selatan. Sama, jauh-jauh hari sebelum ke sana, saya mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri “hal apa yang bisa saya bawa pulang untuk membesarkan gerakan CU?” Jadi, dengan pertanyaan itu saya memperhatikan dan mencatat hal-hal yang menurut saya menjadi rahasia membangun sebuah konglomerasi koperasi.
Apa yang sudah dikerjakan oleh i-Coop sejak berdiri pada 1998 sungguh mengagumkan. Kami berkunjung ke Goesan Natural Dream Park, tiga jam naik bis dari Seoul. Goesan Natural Dream Park adalah kota koperasi yang dibangun oleh i-Coop (lihat gambar di atas). Kota koperasi, Goesan, ini dibangun pada tahun 2018. Ngomong-ngomong, ada dua hotel megah dalam kota koperasi Goesan dan kami menginap di lantai 3 salah satu hotel sekelas bintang 5 di situ.
Konon katanya, i-Coop lahir sebagai respon atas krisis ekonomi dan moneter yang melanda dunia pada tahun 1998. Sekelompok penggerak koperasi di Korea mendirikan koperasi yang mereka berinama i-Coop. Ada 4-i dalam logo i-Coop, terdiri i (individual), i (ideal), i (innocence), dan i yang ke 4 adalah innovation.
Goesan adalah kawasan pertanian yang kurang diperhatikan oleh negara. Tidak dibangun. Itu alasan mengapa i-Coop menempatkan pembangunan kota koperasi di situ. Sekarang Goeasan, berkat hadirnya Goesan Natural Dream Park, menjadi dikenal luas di seluruh dunia. Ribuan orang berkunjung tiap tahun, menikmati kota koperasi nan indah di kaki bukit dan sebagian pengunjung belajar tentang koperasi. Bahkan koperasi-koperasi dari Eropa banyak sekali yang studi banding ke situ. Itu menurut kesaksian dari Prof. Sungkwon Jang, PhD, Ketua Jurusan Manajemen Koperasi di Sungkonghoe University, Seoul.
Apa rahasia membangun kota koperasi yang dibangun oleh i-Coop? Dari kuliah dua sore pada 14 & 15 Nopember 2023 didapat bahwa mereka memiliki pemimpin yang berpikir besar. Tokoh sentral dan seorang founder i-Coop bernama Shin Sung-Sik, mampu mengajak para ordal dan anggota koperasi berpikir besar. Hasilnya sungguh mengagumkan. Menurut Prof. Sungkwon Jang, PhD, beliau adalah satu-satunya tokoh pendiri yang masih mengawal i-Coop. Ketika beliau memberi sambutan atas kehadiran kami pada hari terakhir kuliah, beliau nampak sangat berpengaruh. Prof. Sungkwon Jang juga bilang bahwa Shin Sung-Sik lah yang menjadi arsitek dari Goesan Natural Dream Park dan Natural Dream Park di tempat lain di Korea.
Seorang fasilitator kuliah singkat itu, wanita muda yang cantik, bertutur bahwa dalam membangun i-Coop, mereka fokus pada dua hal, yaitu kebutuhan anggota (members’ need) dan saling tolong menolong. Namun, kalau melihat sejarah i-Coop yang dipaparkan bahwa i-Coop bertumbuh secara giant leap sejak 2008, setelah 10 tahun membangun fondasi atau masa inkubasi. Dan pada 2008, i-Coop bergabung dengan ICA (International Co-operative Alliance).
Salah satu rujukan mereka dalam membangun i-Coop, kemudian, adalah Blueprint For A Co-operative Decade. Blueprint itu menekankan pada Identitas Koperasi (lihat peragaan). Identitas koperasi dikelilingi oleh empat komponen, yaitu Partisipasi (Participation), Keberlanjutan (Sustainability), Legalitas (Legal Framework), dan Permodalan (Capital). Kelihatannya, i-Coop piawai sekali mengimplementasikan Blueprint ICA ini ya. Para anggota yang berjumlah 350.000 merupakan anggota loyal. Bayangkan kota koperasi, Goesan Natural Dream Park, yang luas dibangun oleh tiga kelompok saja, yaitu anggota, produsen, dan karyawan. Tanpa ada bantuan pihak luar atau pinjaman. Jadi, unsur partisipasi, keberlanjutan, legal dan permodalan dikerjakan secara simultan dan serius. Dan akhirnya kepercayaan (trust) anggota/masyarakat kepada koperasi menjadi begitu tinggi. Bayangkan, setiap bulan para anggota bersedia menyumbang $10 untuk membangun koperasi. Mengapa bisa? Itu pertanyaan kami? Karena ada dua hal yang masuk ke dalam benak para anggota, yaitu kebutuhan anggota dan prinsip saling tolong menolong. Untuk memenuhi kebutuhan anggota, maka perlu saling tolong menolong melalui i-Coop. Rasa memiliki koperasi i-Coop begitu tinggi.
Salah satu catatan yang mengesankan atas kemajuan i-Coop adalah peran perguruan tinggi, khususnya Sungkonghoe University. I-Coop melakukan kerjasama erat dengan universitas ini untuk meningkatkan kapasitas SDM mereka. I-Coop bahkan menyediakan dana untuk riset-riset koperasi. Pihak perguruan tinggi memberikan masukan berdasarkan hasil riset mereka. Hasil riset itu mereka gunakan untuk memajukan i-Coop.
Jadi, what’s next? Sepulang dari studi banding itu, saya dan ordal mengadakan diskusi intens dengan pertanyaan “bagaimana membangun kota koperasi berbasis kebutuhan anggota (misalnya menciptakan banyak lapangan kerja) dan prinsip saling tolong menolong yang merujuk pada blueprint ICA di atas? Kita akan melihat bentuknya 10 tahun ke depan. Inisiatifnya kita mulai 2024 ini. Kita sudah punya basis, semisalnya Taman Kelempiau dan Pusat Keungggulan (PK) SMK KK dan ITKK. Tinggal memasukkan ide-ide atau pemikiran besar ke situ. Hal besar datang dari para pemikir besar.
Saya menulis seutas kalimat bernuansa sastra tentang ini, begini:
Tapak kaki helikopter itu mendarat di tanda lingkaran di tanah. Tempat pendaratan sebuah helikopter. Lima menit lalu heli itu ditelan awan cumulonimbus dan berputar tak karuan di situ. Setengah dari jiwa para penumpang melesat ke nirwana. Untungnya jiwa-jiwa itu bak bola kaki, memantul kembali ke diri mereka, setelah menabrak pintu nirwana yang sedang tertutup. Para penghuni nirwana masih menoreh karet dan bekerja di ladang. Lalu helikopter memasuki udara terbuka dengan pemandangan yang nan indah, legasi para pemikir besar, sebuah kota koperasi di tanah Dayak.
Akhirnya, kita harus mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada bapak Robby Tulus, karena beliau telah menjadi tour leader berkelas Internasional sehingga studi-studi banding ini terlaksana—ke Sanasa tahun 2017, ke i-Coop, Korea, 2023, dan direncanakan studi banding ke Gerakan Koperasi Konsumsi di Sapphora di Jepang, tahun 2024. Tanpa kepiawaian beliau dalam gerakan koperasi dunia, pastilah tidak gampang mendatangi koperasi-koperasi besar ini. Kalaupun bisa datang, mungkin tidak semeriah ketika mereka menyambut kedatangan pak Robby yang telah mereka kenal sejak lama. Bahkan di kampus Sanasa University ada artifak kenang-kenangan atas jasa-jasa pak Robby di sana. Selamat natal dan Tahun Baru 2024 pak. Apakah tetap akan studi banding ke Mondragon juga? Ke Mondragon sebenarnya akan menjadi strategis dan spesial, karena ketokohan seorang Pastor Yesuit, sekaligus sebagai pionir, Pastor Maria Arimendes.
Tak lupa terima kasih kepada Puskhat yang telah memungkinkan exposure-exposure ini terlaksana. Puskhat – Always making breakthrough.
11/1/2024
Munaldus Founder CUKK dan PUSKHAT