Aktivis CU di Ring Satu

Minggu lalu saya fasilitasi TDP (Teller Development Program) di PTC. Ada 19 peserta hadir dari tujuh CU. Rata-rata masa pengabdian mereka di CU di bawah dua tahun. Beberapa memang sudah senior di CU, tapi belum lama menduduki posisi sebagai teller/staf admin kredit. Menjalankan tugas konsultasi kredit dan bimbingan keuangan kepada anggota bukan perkerjaan yang mudah karena perlu hard skill dan soft skill yang bagus (contoh dan teladan). Misalnya, kalau seorang teller/staf admin kredit ada pinjaman di CU atau di tempat lain dan lalai/macet/gagal bayar, maka ybs tidak boleh ditempatkan sebagai teller/staf admin kredit. Mengapa? Karena tidak bisa menjadi contoh dan teladan bagi orang lain.

Dua hal menarik terjadi. Pertama, ada telegram masuk dari seorang sahabat. “Diajarkan gmn senyum dan ramah ……kebanyakan teller di cu ndk ramah dan mahal senyum,” bunyi telegram itu. Ketika saya membaca, saya langsung mengubah seluruh alur pelatihan. Pengetahuan (sains) tentang konsultasi kredit hanya 30%, sisanya, 70%, praktek. Dari tiga hari pelatihan dua hari untuk praktek termasuk bagaimana melayani calon peminjam dengan senyum dan ramah.

Pada sesi evaluasi kesan peserta bagus, bahkan minta pelatihan TDP dilakukan beberapa angkatan dalam satu tahun. Saya merasa betapa pentingnya pelatihan TDP bagi staf admin kredit/teller ini. Dari praktek, saya melihat bagaimana menggali C1 (kemampuan mengembalikan), C2 (Character) dan C3 (collateral) masih jauh jika dibandingkan dengan standar kualitas dalam konsultasi kredit seperti pada Modul LOCC-ACCU. Pedoman wawancara dengan mengajukan tiga pertanyaan (pertanyaan tertutup, pertanyaan mengarahkan/membimbing dan pertanyaan perilaku) masih belum mantap. Saya juga tertantang untuk merumuskan daftar pertanyaan untuk tiga jenis pertanyaan itu sehingga menjadi panduan standar bagi teller/staf admin kredit.

Peristiwa kedua, saya teringat lagu-lagu CU yang mampu mensugesti calon anggota untuk masuk CU atau meyakinkan para anggota agar ber-CU dengan baik. Lagu-lagu ini sangat populer dinyanyikan pada tahun 1980-an dan 1990-an yang sekarang relatif diabaikan. Berdasarkan pengalaman, syair lagu-lagu itu kalau dikupas di pendidikan anggota sungguh menarik. Lagu yang pertama adalah Hymne CU (lagu ini mulai jarang didengungkan pada setiap pertemuan CU). Salah satu bait lagu itu menyatakan bahwa tujuan kita ber-CU adalah “Sejahtera dan bahagia.” Indah sekali dan pasti menjadi impian semua orang. Perhatikan syairnya.

Ref: Bila kita saling percaya dan bekerja samaDan kita bersatu …

Dengan semangat dan ketekunan dan kita bersatu

Dan kita bersatu …

Dan kita bersatu …

Dengan semangat dan ketekunan dan kita bersatu … Ref.

Dengan credit union …

Kita maju bersama,

Untuk membangun manusia,

Sejahtera dan bahagia… Ref.

Lalu saya mengajak peserta pelatihan menyanyikan lagu “Aku Cinta Credit Union.” Semua peserta mengatakan belum kenal lagu ini. Pada hal lagu ini adalah lagu perjuangan ketika awal memasyarakatkan CU di tanah Borneo.  Lagu ini harus dinyanyikan secara bersemangat. Lihat syairnya.

Aku, Aku, Aku Cinta Credit Union (4x) – refr

Dikau, Dikau, Dikau cinta Credit Union (4x) – refr

Kita, Kita, Kita cinta Credit Union (4x) – refr

Refr:

Pam, pam, pam ….

Sungai dan danaupun kan ku seberangi untuk mengembangkan credit union

Kalteng dan Kaltim pun kan ku hadapi untuk mengembangkan Credit Union

Gunung dan lembahpun kan ku lalui untuk mengembangkan credit union

Hujan dan badai pun kan ku lewati untuk mengembangkan credit union

Ketika kami menyanyikan lagu ini, Parman ambil videonya. Lalu saya posting di fb dan menerima banyak komen. Mereka yang kenal dengan lagu ini pada tempo lalu menyanyangkan mengapa lagu yang pernah menjadi lagu perjuangan ketika awal-awal gerakan CU masuk di Indonesia tidak pernah dinyanyikan lagi. Ayo kita populerkan lagi!

                Kog judul artikel ini seperti tidak nyambung ya? Aha….! Aku Cinta Credit Union ibarat kita punya hp android mahal. Pasti anda rawat baik-baik karena hp itu akan sangat membantu anda. Jadi pastilah anda cinta hp itu. Bagaimana kalau kita cinta CU kita? Perlakukan saja seperti hp itu. Dijaga dan dirawat dengan sebaik-baiknya. Tapi, apakah semua aktivis CU memperlakukan CU nya seperti dia memperlakukan hp tadi? Hanya mereka yang tahu.

                Menjaga dan merawat CU tidak semudah menjaga dan merawat hp tentu saja. Kemaren saya menemukan postingan di fb dari orang yang bernama Patra Steward II berbunyi “Dalam sistem yg kuat, org jahat akan dipaksa menjadi org baik, sebaliknya dalam sistem yg buruk org baik terpaksa jd org jahat !!” Saya ambil lalu saya posting lagi di fb sy dengan ditambahkan dengan kata “setuju.”

Bagaimana membangun sistem yang kuat di CU? Tidak lain, merumuskan dan menyepakati aturan main dan menegakkan aturan main tersebut. Sistem = aturan main (termasuk standar kualitas). Aturan main itu harus dimulai dan ditegakkan oleh para aktivis Ring Satu (Penasehat, Pengurus, Pengawas, CEO/GM dan para Kadep). Menegakkan sistem berarti harus tegas kepada diri sendiri.

Orang-orang Ring Satu sangat rentan melanggar sistem karena mereka punya akses yang luas ke dalam sumber daya di CU, seperti uang, kredit, inventaris, lobi, dll. Istilah yang paling tepat untuk mengungkapkan sistem yang buruk adalah cincai-cincai.

Salah satu musuh orang-orang ring satu adalah konflik kepentingan. Jika konflik kepentingan terjadi maka pasti terjadi moral hazard (cacat moral). Kata kawan saya, pak Kacek alias Dansilianus, orang-orang Ring Satu kalau bermasalah “Salah saya Tanya Saya.” Betapa berbahaya. Salah langkah …. merekalah yang menghancurkan CU. Lihat kasus KSP Indo Surya, KSP Sejahtera Bersama, dll. Mudah-mudahan Aktivis Ring Satu adalah aktivis petarung seperti F. W. Raiffeisen, Pastor Alberch Karim, Pastor Yose Maria Arimendes dan Robby Tulus. Orang-orang yang telah meninggalkan banyak legasi (kenang-kenangan) dan dikenang sepanjang masa. Gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama.***

3/4/2023

Munaldus

Penasehat & Founder Puskhat